Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian maternal yang masih tinggi. Selain faktor kemiskinan dan masalah aksesibilitas penanganan kelahiran, 75 persen hingga 85 persen kematian maternal disebabkan obstetri langsung, terutama akibat perdarahan. Padahal, 90 persen dari kematian itu bisa dihindari.
Walau kebanyakan ibu sudah memeriksakan kehamilannya di pusat pelayanan kesehatan secara teratur, namun 70 persen persalinan masih terjadi di rumah. Masalahnya, sangat sedikit pihak yang mengetahui diagnosa dan pengelolaan perdarahan akibat keadaan "darurat" ini. Jika saja hal ini bisa dilakukan, bukan mustahil angka kematian ibu dapat ditekan.
Perdarahan Pasca Persalinan
Dalam buku "Panduan Kesehatan Keluarga" disebutkan, batasan perdarahan pasca persalinan adalah setiap perdarahan yang lebih dari 500 cc (perdarahan abnormal atau patologik), yang terjadi dua hingga empat jam pertama setelah anak lahir. Perdarahan dianggap normal (fisiologik) manakala darah yang keluar kurang dari 500 cc.
Berbagai penyebab perdarahan pada persalinan adalah:
- Perdarahan karena atonia uteri, terjadi bila kontraksi rahim kurang baik atau lembek. Perdarahannya berasal dari bekas menempelnya plasenta, akibat terbukanya pembuluh darah besar pada plasenta yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan.
- Perdarahan karena robekan jalan lahir.
- Perdarahan akibat gangguan pembekuan darah (jarang).
Penanganan setiap keadaan (robekan jalan lahir atau atonia uteri), memerlukan pengelolaan yang berlainan. Apabila ternyata perdarahan yang terjadi bukan akibat robekan jalan lahir, maka pertanyaan yang diajukan berikutnya adalah, apakah ari-ari (plasenta) sudah lahir atau belum?
Nah, upaya membedakan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:
- Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
- Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
- Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
- Bila kontraksi lembek setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi tidak atau lambat menjadi keras.
- Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
- Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
- Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
- Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.
Pencegahan dengan Obat

Indikasi yang dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;
- Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:
- Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.
- Grande multipara (lebih dari empat anak).
- Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
- Bekas operasi Caesar.
- Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
- hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:
- Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep.
- Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
- Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
- Uterus yang lembek akibat narkosa.
- Inersia uteri primer dan sekunder.
Perdarahan karena Atonia
Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir (Retensia plasenta), ibu harus segera minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk daerah terpencil dimana terdapat bidan, maka bidan dapat melakukan tindakan dengan urutan sebagai berikut:
- Pasang infus.
- Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima unit oksitosina atau ergometrin 0,5 cc hingga 1 cc.
- Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus.
- Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan;
- Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit).
- Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah;
- Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau kompresi aorta.
- Pemberian uterotonika intravena.
- Kosongkan kandung kemih.
- Menekan uterus-perasat Crede.
- Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta.
Perdarahan karena Robekan Jalan Lahir

Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon padat liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus dan pemberian uterotonika intravena.
Nah, setelah semuanya lewat, sang ibu pun larut dalam kebahagiaan bersama bayinya tercinta.
1 komentar:
Teteh...
Artikelnya dicontek dikit y buat presentasi etika profesi..
Thank you .
Posting Komentar